About Me

Perjuangan Guru PAI Pekajang Melawan Sakit dengan Perjalanan Laut Selama Lima Jam Menuju ke Rumah Sakit

 

Rahmadian Almi guru PAI di Pulau Pekajang dibawa ke Belinyu karena sakit, menggunakan pompong selama 5 jam perjalanan laut. (Foto Feni)

Lingga – Kisah pilu kembali menyentuh hati dari pulau terpencil Pekajang, Kecamatan Lingga Utara, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Rahmadian Almi seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 4 Lingga, harus berjuang melawan sakitnya dengan menempuh perjalanan laut yang panjang dan berbahaya. 

Tekanan darahnya  mencapai 200 lebih mengharuskan tindakan medis segera, namun pilihan pengobatan justru mengarah ke provinsi tetangga, Bangka Belitung. 

Sebelumnya Rahmadian sudah ditangani di Pusat Kesehatan (Pustu) Desa Pekajang, namun karena keadaannya tidak ada perubahan, ia pun harus dirujuk ke Bangka Belitung  didampingi Tenaga kesehatan (Perawat) dari Pekajang.

Bukan tanpa alasan masyarakat Pekajang lebih memilih Belinyu di Bangka Belitung sebagai tujuan berobat darurat. Letak geografis pulau ini ternyata lebih dekat ke daratan Bangka Belitung dibandingkan dengan pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. 

Dalam kondisi genting seperti yang dialami guru ini, waktu tempuh menjadi pertimbangan utama. Lima jam mengarungi laut dengan pompong sederhana menuju Belinyu dirasa lebih cepat dan memungkinkan penanganan medis yang lebih sigap dibandingkan perjalanan yang lebih jauh ke wilayah Kepulauan Riau. Karena memakan waktu lebih lama sekiar 8 jam. Apalagi kondisi cuaca saat ini tidak menentu di laut. 

Pemandangan pilu terlihat ketika Bapak Rahmadian yang lemah dibaringkan di atas pompong, diapit oleh warga Pekajang yang membantu guru tersebut dan didampingi pihak perawat dari  Desa Pekajang.  

"Pak Rahmadian dibawa pakai pompong dari Pekajang ke Belinyu pak, didampingi perawat disini," kata salah seorang guru di Pekajang.

Mereka dengan sabar dan hati-hati mengarungi ombak Laut Cina Selatan, membawa harapan untuk kesembuhan sang guru. Keputusan untuk menuju Bangka Belitung, karena akses ke Belinyu lebih dekat apalagi dalam kondisi darurat. 

 Pemandangan memilukan terlihat saat masyarakat Pekajang bergotong royong membawa Bapak Rahmadani yang lemah ke atas sebuah pompong sederhana. Di tengah lautan yang luas, mereka berlayar dengan tekad kuat untuk menyelamatkan sang guru. Wajah cemas terpancar dari setiap orang yang ikut dalam perjalanan itu, menyadari betapa berharganya waktu dalam kondisi darurat seperti ini.

Lima jam di atas pompong bukanlah waktu yang singkat bagi seseorang dengan kondisi kesehatan yang kritis. Terombang-ambing di atas gelombang, dengan harapan satu-satunya adalah tiba di daratan Belinyu dan mendapatkan pertolongan medis. Setibanya di Belinyu Rahmadian langsung dibawa ke Rumah sakit.

 Kisah ini adalah gambaran nyata betapa sulitnya hidup di pulau terpencil, di mana akses terhadap kebutuhan dasar seperti kesehatan menjadi sebuah perjuangan yang berat.

Semoga perjalanan panjang ini membawa kesembuhan bagi Bapak Rahmadiab Elmi. Kisahnya menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya pemerataan akses kesehatan di seluruh pelosok negeri.

 Di balik keindahan pulau-pulau terpencil, tersimpan cerita perjuangan yang seringkali luput dari perhatian. 

Pulau Pekajang adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Kecamatan Lingga Utara, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Lingga yang memiliki karakteristik geografis berupa wilayah pesisir dan laut.

Kehidupan di Pulau Pekajang umumnya masih didominasi oleh aktivitas masyarakat yang terkait dengan kelautan, seperti perikanan. Pulau ini memiliki lingkungan alam yang asri dengan potensi sumber daya laut yang melimpah. Namun, seperti banyak pulau kecil lainnya di Indonesia, Pekajang juga menghadapi tantangan terkait aksesibilitas, terutama dalam hal transportasi dan fasilitas umum seperti kesehatan dan pendidikan.

Secara administratif, Pulau Pekajang berada di bawah naungan Kabupaten Lingga, namun karena letaknya yang relatif jauh dari pusat pemerintahan kabupaten, akses ke layanan dan infrastruktur seringkali menjadi isu tersendiri bagi penduduknya. Keindahan alam pulau ini menyimpan potensi pariwisata, meskipun belum dikembangkan secara signifikan. (*)

Post a Comment

0 Comments