"Untuk
menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan
kemudian mempraktikkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis,
namun tidak pernah melakukannya, maka ia sama saja dengan bermimpi untuk
memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya". -
Stephen King
Guru hebat adalah ketika mereka mencoba untuk menulis. Banyak guru yang awalnya tidak yakin mampu menulis ternyata setelah mereka mencoba dan konsisten akhirnya bisa melahirkan buku. Menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan dan asik. Banyak penulis awalnya gagal, tapi mereka tak berhenti untuk mencoba dan terus mencoba. Dan tidak pernah berhenti untuk belajar. Ibarat seperti mata pisau. Semakin diasah semakin tajam.
Kemampuan menulis kita harus terus diasah setiap hari. Di Group belajar menulis yang saya ikuti sejak awal ada semboyan di populerkan bapak blogger Indonesia Wijaya Kusumah atau Om Jay “Menulislah Setiap Hari, Buktikan Apa Yang Terjadi”. Jika setiap hari kita menulis, memang ada dampak yang sangat besar pada kemampaun kita menulis.
Awal dari keberhasilan penulis pemula adalah mencoba. Karena kalau kita tidak pernah
mencoba, kita tidak dapat menemukan kesalahan dan kemampuan kita sampai dimana.
Berani untuk mencoba merupakan langkah yang paling bagus untuk memulai menulis.
Selama mengikuti pelatihan belajar menulis PGRI, saya melihat
keberhasilan seorang penulis terletak pada kemauan dan keinginanya. Niat dan
azam yang kuat menjadi tolak ukur keberhasilan penulis. Jika semakin banyak
kita belajar maka semakin bertambah ilmu dan pengetahuan. Apalagi kita belajar
dari penulis pemula, yang sama-sama sedang belajar di group whathshaap. Sebagian peserta. sudah bisa mencetuskan ide dan gagasanya pada sebuah buku. Mereka memberikan
inspirasi banyak peserta belajar menulis.
Rita Wati guru SMP Negeri 2 Mendoyo Kabupaten Jembrana
Provinsi Bali adalah salah satu narasumber pada pelatihan menulis di group whatshapp. Ia
adalah penulis pemula tapi saat ini sudah 2 buku solo yang ia terbitkan. Rita pada awalnya adalah peserta belajar menulis. Tapi saat ini sudah menjadi
narasumber karena kemampuanya untuk terus belajar.
Selain sebagai guru di Bali, guru Rita aktif menulis di blog. Baik itu di kompasiana, wordpress dan blogspot. Dari sinilah awal mula ia belajar menulis. Bagi penulis pemula, jika ingin belajar menulis cobalah untuk menulis tentang pengalaman kita sendiri. Tulisan itu bisa kita simpan di blog maupun media sosial lainya. Banyak manfaat yang akan kita dapat ketika kita memulai untuk belajar.
Belajar menulis saat ini banyak sekali kemudahan. Kita bisa
memanfaatkan dan menonton di channel Youtube penulis hebat. Misalnya
seperti, Asma Nadia, Tere Lee, Ahmad
Fuad, dan lain-lain. Mereka adalah penulis novel yang sudah melegenda.
Novel-novel mereka laris di pasaran. Dari channel youtube kita bisa mendapatkan
ilmu gratis dari penulis-penulis hebat ini. Apalagi jika tempat tinggal kita tidak memungkinkan menghadiri pelatihan-pelatihan menulis tatap muka, belajar
di Youtube cara instan yang bisa kita dapatkan dengan mudah.
Belajar Dari Semangat Guru
Rita Wati Menulis
Pengalaman guru Rita Wati bisa menulis buku penuh dengan
gelombang dan pasang surut. Awal mula ia ingin menjadi penulis sudah terbesit sejak lama ketika
ia menginjakkan kaki di Yogyakarta pada 2001.
Ketika itu teman kosnya menjadi inspirasi bagi dia, karena sudah menjadi seorang penulis. Melihat temanya itu aktif
menulis ia pun ternodai untuk belajar menulis. Akan tetapi ia tidak
tahu harus memulai dari mana, dan mau menulis apa.
Meski saat itu belum tahu arah tulisanya, buk Rita Wati memiliki kemauan yang kuat. Ia pun mencoba menulis cerpen
dan novel. Ketika sudah ada 80 halaman novel ia
tulis, pada saat itu ia malu untuk menunjukan tulisanya
kepada orang lain. Ia belum Percaya Diri (PD) untuk menyebar luaskan novelnya
itu. Karena malu tulisanya dibaca, Buk Rita terpaksa harus
memberikan pasword setiap novelnya tersebut agar tidak dibaca oranglain.
Ketika munculnya blog di internet pada 2005, guru Rita
Wati pun mulai untuk membuat blog. Ia ingin memiliki jejak digital di internet.
Meski saat itu internet belum semuda saat ini. Ketika ingin browsing blog, ia harus ke warung internet (warnet) dan pada
2005 ia membuat blog pertamanya.
Setelah beberapa tahun fakum menulis di blog, pada 2011 guru
Rita kembali membuat blog baru. Buk Rita Wati merasa minder dengan tulisanya.
Ia merasa dirinya tidak memiliki bakat untuk menulis. Meski sudah memiliki blog
dan memposting 6 tulisan ketika itu, namun pada bulan berikutnya ia hanya
menulis 3 tulisan di blog.
Sebagai guru Mata Pelajara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), buk Rita merasa kecewa dan galau ketika Mapel TIK dihapus pada kurikum 2013. Namun, ketika ada lomba English Essay diselenggarakan UNDIKSHA tentang Kurikulum 2013, ia ikut berpartisipasi. Pada lomba itu, buk Rita menulis uneg-unegnya tentang dihapusnya Mapel TIK di sekolah. Ia tidak mau Mapel TIK dihilangkan karena khawatir siswa akan mengalami buta teknologi. Jika pun ada yang mampu menggunakan secara otodidak jumlahnya hanya terbatas.
Dalam lomba tersebut ia tidak menyangka menjadi finalis,
dimana hampir semua peserta dari guru Bahasa Inggris. Padahal ia adalah guru TIK. Tapi buk Rita tak minder menulis ketika ia ingin mencurahkan isi hatinya tentang dihapusnya pelajaran TIK. Dan Itulah awal prestasi
dalam menulisnya.
Pandemi Covid-19 juga memberikan hikmah tersendiri bagi buk Rita
Wati. Karena ia kembali aktif menulis di blog. Ia mengisi
materi-materi di blog dan mengikuti webinar PGRI. Dalam webinar itu, Ketua PGRI
Prof.Unifah menyampaikan jika ada pelatihan menulis pesertanya dari seluruh
Indonesia dan menyinggung dari Provinsi Bali masih sedikit.
Dari webinar inilah guru kelahiran Tanjungpinang terus aktif untuk menulis sehingga ia bisa menerbitkan 2 buku solo. Pelajaran berharga, tidak ada kata terlambat untuk belajar menulis. Meski terkadang penyakit malas menghantui para penulis pemula, tapi jika masih punya keinginan kuat pasti suatu saat akan ada jalan mulus untuk menulis buku. Selamat Mencoba
“Tidak apa-apa terlambat belajar, dari pada tidak pernah
belajar sama sekali” (ahmad yani)
10 Comments
Terimakasih banyak atas tulisannya
ReplyDeleteSama om.. terima kasih om udah sering komentar..
DeleteTerimakasih Pak Ahmad Yani. Penuturan bahasa resume yang menarik dan mengalir , blognya keren
ReplyDeleteYa buk.. terimakasih buk
Deletequote terakhirnya luar biasa...
ReplyDeleteRessumenya juga lengkap dan mengalir sekali saat dibaca, membuat saya yang tidak hadir dalam pertemuan belajar mudah memahaminya.
Terimakasih
Ya pak.. terimakasih pak..salam literasi
DeleteTerima kasih atas kisah dan kebermanfaatan yang dicurahkan di sini.
ReplyDeleteSalam, Pak
Salam
DeleteTerimakasih resumenya pak.. Bs bljr dr bu tita alhamdulilah..
ReplyDeleteTerima kasih ilmunya sangat inspiratif... Membakar....
ReplyDelete