About Me

Disruption Pendidikan, Kesiapan Menghadapi PJJ

 


 

Pandemi Covid-19 membuka mata kita begitu pentingnya penggunaan dan penguasaan teknologi informasi di dunia Pendidikan terutama para guru. Kaget dan terkejut Ketika pemerintah beberapa waktu lalu menutup pembelajaran tatap muka di seluruh lembaga Pendidikan, baik formal hingga non formal akibat pandemi ini.

 

Ketika Pembelajaran tatap muka dihentikan sementara waktu dikarenakan wabah corona, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah beberapa kali menggeluarkan Surat Edara (SE) terkait Pembelaran Jarak Jauh (PJJ) harus dilakukan ditengah pandemic Covid-19.

 

Namun dalam penerapan PJJ banyak sekali kita temukan kendala dilapangan yang dihadapi  para guru, siswa hingga orangtua murid. Ini terkaiat dengan penguasaan teknologi dan biaya yang dikeluarkan  lebih banyak ketika PJJ berlangsung, terutama kuota internet. Belum lagi, desa-desa yang belum terakses jaringan internet dan siswa yang tidak mampu membeli handphone.  Ini juga problem dari PJJ.

 

PJJ memang baru popular terdengar Ketika Covid-19. Yang selama ini memang belum banyak diterapkan dilembaga Pendidikan kita. Tentunya hal ini membuat dunia Pendidikan kita harus benar-benar menyesuaian dengan kondisi saat ini. Hanya saja, dunia Pendidikan kita belum siap menerapkan PJJ yang efektif dan bagus.

 

Survei yang dilakukan  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) soal sistem PJJ selama pandemic Covid-19 adalah terkaiat kuota internet. Komisioner KPAI Retno mencatat keluhan kuota internet adalah yang paling tinggi (kompas.com/8/8/202).

 

Tetapi kita wajib bersyukur, meski banyak sekali kekurangan yang dihadapi selama PJJ, namun kita dapat melihat banyak daerah-daerah sudah  mampu melaksanakan PJJ bagi siswa-siswinya. Tidak dipungkiri bagi daerah-daerah terpencil yang sulit dengan akses internet, ini menjadi kendala yang tidak akan akan habisnya selagi jaringan internet ini belum menyentuh ke pelesok-pelosok negeri.

 

Disruption Pendidikan

 

Di Abad 21 saat ini, dunia benar-benar berubah bahkan Pendidikan kita pun harus siap menghadapi tantangan yang sedang dihadapi saat ini terutama Pandemi Covid-19. Sebenarnya, jika Lembaga Pendidikan kita mampu melaksanana PJJ, maka kendala seperti masalah gagapnya penggunaan teknologi dan kuota internet ini bisa diselesaikan pemerintah. Hanya saja, kita belum siap menghadapi arus perubahan zaman dan arus teknologi informasi yang cukup deras saat ini. Bahkan ketika menghadapi virus Covid-19 saja, dunia Pendidikan belum mampu menyiapkan guru dan siswa yang siap melaksanan PJJ.

 

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) semestinya siap kita hadapi apapun alasanya. Saat ini cara-cara lama pembelaran sudah mulai ditinggalkan di lembaga Pendidikan kita. Beberapa waktu lalu penulis sempat membaca buku Disruption karya Rhenald Kasali. Dalam buku itu banyak sekali menerangkan tentang perubahan-perubahan dalam kehidupan. Incumbent mulai ditinggalkan. Bahkan lawan-lawan kita saat ini sudah tidak terlihat, namun mereka cukup ampuh membunuh para incumbent.

 

Jelas sekali dalm buku Rhenald Kasali ini, ketika lembaga Pendidikan kita belum siap menghadapi dan meninggalkan cara-cara lama kita mengajar, maka kita akan tertinggal jauh dengan negara-negara luar. Yang mana mereka lebih siap melaksanakan PJJ. Kemampuan kita menghadapi era ini memang jauh tertinggal dengan negara-negara luar.

 

Disruption adalah inovasi yang akan mengantikan seluruh sistem lama atau orang lama (incumbent) dengan cara-cara baru atau dengan orang-orang baru ( Star up). Disruption terjadi disetiap bidang kehidupan, bidang ekonomi, bidang pendidikan social, budaya, hukum, pendidikan, kesehatan dan pemerintah. Kehidupan kita sudah ditatar dengan teknologi yang serba cangih. Dan teknologi telah membantu kita yang dulu kerjanya lambat sekarang lebih efekti dan efesien. Inilah inovasi teknologi yang berkembang saat ini. 

 

Dalam buku Disruption karya Rhenald Kasali memberikan gambaran kepada kita saat ini bahwa dahulu banyak perusahaan taksi  maju pesat dan berkembang sebelum kita menggenal dunia aplikasi (App). Seperti taksi blue bird dan perusahaan-perushaaan taksi lainya. Sekarang muncul taksi tidak bermerak, tidak lagi berplat “KUNING”, dan tidak memiliki nama perusahaan. Sulit mendeteksi mana angkutan umum, taksi dan mana angkutan pribadi. Sekarang lawan-lawan sudah tidak terlihat. Bahkan di Amerika, perusahaan taksi mulai banyak bangkrut sejak munculnya dunia APP. 

 

 

Dunia pendidikan kita harus melakukan Disruption. Kita tidak boleh mengikuti cara-cara lama lagi. Dunia pendikan kita harus berinovasi dan berubah. Sebagai guru, penulis menilai sebaiknya pemerintah saat ini harus menyiapkan guru-guru yang mampu menguasai teknologi, sehingga kita lebih mampu menghadapi PJJ ketika ada wabah-wabah seperti saat ini.

 

Coba kita renungkan perusahaan raksasa Nokoia pada 15 Tahun lalu. Merek ini menguasai pasar dan terkenal di masyarakat kita. Nokia digunakaikan sebagai merek ternama kala itu.  Namun, dengan adanya Smart Phone/Android, Nokia tenggelam.

 

Penulis berharap dunia Pendidikan kita tidak tenggelam karena kesulitan melaksanakan PJJ.  Dunia memang benar-benar berubah tanpa kita ketahui perubahan tersebut. Ya, jangan sampai Pendidikan kita juga seperti Nokia. Hilang ditelan zaman. Maka, kita harus berinovasi dan siap melaksanakan PJJ. Saat ini banyak sekali fasilitas PJJ bisa kita terapkan dalam dunia Pendidikan.

 

Nah, sekarang sudah jelas. Tanpa guru di dalam kelas juga siswa bisa belajar di google. Bahkan google sendiri pun bisa lebih pintar dari guru. Namun keberadaan guru adalah untuk menjadi suri taudalan dan mengajarkan adab dan akhlah, yang selama ini tidak diajakan di google.

 

Penulis Ahmad Yani

Guru SMP Negeri 2 Senayang Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau

Post a Comment

1 Comments

  1. https://www.gurukuaan.com/2020/08/disruption-pendidikan-kesiapan.html?m=1 peserta lomba blog nomor 123

    ReplyDelete